Meskipun terdengar seram, namun tidak se’seram yang kita bayangkan. Curug ini menyimpan pesonanya sendiri. Dengan tinggi sekitar 25 meter, curug ini memiliki air yang cukup deras, bahkan pada musim kemarau seperti sekarang ini. Sehingga disarankan untuk hati-hati jika berada di bawahnya. Terlebih jika pada musim penghujan. FYI, di bawah curug terdapat bebatuan cadas yang lumayan banyak. Sehingga bisa digunakan untuk sekedar duduk-duduk sembari menikmati pemandangan sekitar dan gemercik air.
Untuk menuju tempat ini, tergolong cukup sulit, karena sepinya lokasi dan jalannya yang cukup berliku. Jika dari pertigaan Tuwel, ambil ke kanan (barat) ke arah Bumijawa, lurus hingga ketemu dengan gerbang desa Jejeg lurus sedikit ke barat hingga ketemu pertigaan, lalu kemudian ambil kanan (utara). Lurus hingga bertemu dengan desa Pagerkasih dan lurus ke utara ke arah desa Cawitali. Sebelum masuk Cawitali, ada sebuah jembatan besar yang ciri-cirinya sungainya kering dan ada sebuah warung setelah jembatan. Jika menamukan jembatan tersebut, ambil jalan kecil yang belum diaspal sebelum jembatan, lurus hingga ketemu gapura Kandang Ayam. Biasanya kendaraan seperti motor diparkir di dekat sini. Lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit di jalan setapak sebelah kiri sebelum gapura Kandang Ayam. Naik terus mengikuti jalan kemudian turun ke sungai melawan arus. Hati-hati dengan jalan yang terjal.
Jalan yang cukup sulit tersebut akan terbayarkan dengan keindahan curug dengan tebing batu tingginya, meskipun airnya tidak begitu jernih, namun airnya dingin lho. Khas pegunungan. Di sekitar bibir curug terdapat pepohonan rindang yang biasa digunakan oleh monyet untuk bergelantungan.
Tertarik untuk mengeksplore Curug Monyet? Pastikan untuk tidak malu bertanya kepada warga sekitar ya. Disarankan untuk tidak menganggu habitat di sana seperti monyet yang kemungkinan akan ditemui. Jangan juga membuang sampah sembarangan atau melakukan aksi vandalism. Yuk,
Sumber : wisatategal.com
0 Comment:
Posting Komentar